Kudeta Grup Wagner, Upaya Perebutan Kekuasaan atau Operasi Intelijen Rusia?

Editor: Naufal Ardiansyah

17 Juli 2023 10:59 17 Jul 2023 10:59

Thumbnail Kudeta Grup Wagner, Upaya Perebutan Kekuasaan atau Operasi Intelijen Rusia? Watermark Ketik
Oleh: Afif M Taftazani*

Seperti telah diketahui, pada Sabtu, 24 Juni 2023, tentara bayaran Rusia, Wagner melakukan upaya kudeta. Kelompok pimpinan Yevgeny Prigozhin itu bahkan mengambil alih pusat komando selatan militer Rusia di Kota Rostov-on-don dan bergerak menuju Ibu Kota Moskow dari kota itu. 

Upaya kudeta ini adalah puncak dari ketegangan yang terjadi beberapa bulan terakhir antara Prigozhin dengan Kementerian Pertahanan Rusia yang dipimpin Menteri Pertahanan (Menhan) Sergei Shoigu dan Kepala Staf Umum, Valery Gerasimov. 

Prigozhin menilai kedua figure tersebut kurang memberikan dukungan logistik, peralatan dan persenjataan bagi pasukan Wagner dalam operasi militer di Ukraina khususnya pada pertempuran Artemovsk (Bakhmut) yang diperebutkan lebih dari enam bulan dengan korban dan kerugian yang cukup besar di dipihak Wagner maupun Tentara Ukraina. 

Prigozhin bahkan mengklaim Shoigu telah memerintahkan serangan roket ke kamp lapangan Wagner di Ukraina yang menewaskan banyak tentaranya. Upaya kudeta ini berakhir cukup singkat, sekitar 24 jam. Hal ini setelah dilakukan kompromi antara Putin dan Prigozhin dengan ditengahi Pemimpin Belarusia Alexander Lukashenko. Putin setuju untuk membatalkan tuduhan pengkhianatan Prigozhin dan menerima pengasingan grup Wagner di negara tetangga Belarusia. 

Pertanyaan besarnya adalah apakah upaya Kudeta Grup Wagner tersebut murni kudeta militer, atau operasi intelijen untuk mengaburkan strategi militer Rusia? Untuk menjawabnya, dapat dilihat dari analisis kontra spionase, penanganan paska kudeta dan personal Putin. 

Kontra Spionase

Teknologi canggih saat ini khususnya teknologi satelit militer memungkinkan untuk melihat pergerakan atau mobilisasi militer suatu operasi. Dalam hal ini, upaya pengerahan pasukan berikut sarana logistik dan persenjataan akan sangat rawan untuk diketahui lawan. Apalagi teknologi IT Ukraina disokong oleh Starlink milik Elon Musk dan satelit Amerika dan NATO sehingga lebih memampukan dalam operasi mata-mata. 

Sekalipun telah dilakukan berbagai upaya kamuflase untuk menyamarkan pergerakan, namun dalam operasi besar melibatkan jumlah personel dan peralatan yang massive, penyamaran akan lebih sulit dilakukan. Hal ini tentunya disadari oleh Russia, dan untuk menyamarkan operasi harus dilakukan dengan sesuatu yang tidak biasa, dan itu dilakukan lewat Progozhin. 

Dalam pertempuran Bakhmut, Prigozhin memainkan peran seperti Buzzer, sangat bising, untuk secara jelas dan terbuka menggambarkan kelemahan militer Russia dan rantai birokrasi yang sangat buruk. Prigozhin seringkali mengkritik kemampuan tempur pasukan Rusia yang payah dan tidak efektif serta memiliki moral tempur yang rendah. 

Selain itu, Prigozhin kerap mengkritik langsung Menhan Rusia Sergey Soigu, kurang memberikan dukungan amunisi dan logistik yang cukup bagi pasukan Wagner. Dalam kondisi damai sekalipun, mengkritik pejabat militer apalagi posisi strategis Menteri Pertahanan bisa dikenai sanksi, apalagi dalam kondisi perang. Karena hal ini berarti membocorkan kelemahan internal yang nantinya akan dieksploitir pihak lawan untuk mengambil keuntungan. Dan Prigozhin seperti aman dan tidak tersentuh. Suatu hal yang aneh. 

Faktanya, Bakhmut dapat direbut pasukan Grup Wagner. Bagaimana mungkin Bakhmut dapat direbut oleh pasukan yang kekurangan pasokan amunisi? Di sinilah kontra spionase dijalankan. Dengan mengesankan kelemahan dan kesulitan-kesulitan tersebut, akan memancing Ukraina untuk lebih keras merebut Bakhmut. Ukraina akan mengerahkan sumberdaya yang lebih besar dan diliputi optimism tinggi segera meraih kemenangan. Apalagi Zelensky menyebut Bakhmut sebagai “Benteng Moral Ukraina” sehingga harus direbut at all cost. Inilah nilai strategisnya bagi Russia. 

Dengan personel dan sumberdaya perang Ukraina yang terkonsentrasi di Bakhmut, otomatis akan mengurangi risiko serangan di front lain. Apalagi pertempuran yang lama, berjalan lebih dari enam bulan, memiliki cukup waktu bagi militer Russia untuk memulihkan moral pasukan, mengatur ulang strategi dan koordinasi lintas divisi, melatih rekrutan tentara baru, dan juga kesempatan bagi Russia untuk meningkatkan produksi amunisi dan Senjata. 

Seperti yang disampaikan Alexey Leonkov, pengamat militer Rusia, “sistem artileri roket presisi tinggi Tornado-S, pesaing  langsung HIMARS dan yang melampaui sistem AS dalam banyak aspek karakteristik teknis. Pada awal operasi militer khusus hanya ada sekitar 20 unit dari sistem ini, sementara sekarang ada lebih dari 100, dan jumlah ini terus bertambah”. 

Inilah nilai strategis dikerahkannya tentara bayaran merebut Bakhmut. Militer Rusia bisa istirahat sejenak. Hasil “relaksasi” militer Rusia ini terlihat pada serangan balasan musim panas Ukraina yang secara efektif dapat ditangkis Rusia.

Sikap Kremlin terhadap Kudeta Wagner yang gagal

15 Juli 2016, sebuah faksi militer di Turki melakukan upaya kudeta terhadap pemerintahan Presiden Recep Tayyip Erdoğan. Upaya kudeta ini gagal, dan konsekuensinya dilakukan pembersihan terhadap anggota militer yang terlibat. Ratusan orang ditangkap dan dipenjara, bahkan Erdogan mewacanakan untuk menghidupkan lagi hukuman mati yang kemungkinan akan dijatuhkan pada actor utama upaya kudeta. 

Lebih jauh ke belakang, 1 Oktober 1965 di Indonesia dikenal sebagai Gerakan 30 September. Mencoba untuk kudeta atau membentuk Dewan Revolusi dengan menculik sejumlah jenderal teras Angkatan Darat. Upaya ini gagal dan ribuan pelaku atau simpatisan ditangkap, dipenjara bahkan dihukum mati. 

Lebih jauh lagi ke belakang, 20 Juli 1944, sekelompok militer dipimpin Mayor Claus von Stauffenberg, melakukan upaya kudeta dan pembunuhan pembunuhan terhadap Hitler. Upaya ini gagal, dan ribuan pelaku yang terlibat dihukum mati, termasuk beberapa Jenderal. 

Dari hal di atas, setiap upaya kudeta yang gagal selalu direspon dengan pembersihan massal entah dengan penjara, atau hukuman mati. Belum pernah ada sejarah kudeta yang gagal tetapi diakhiri dengan pengampunan bagi pelakunya. Kalaupun mungkin diampuni, paling tidak jabatan, fasilitas atau pun senjata akan dilucuti untuk menghilangkan potensi ancaman di masa depan. 

Namun, kejadian di Wagner cukup mengherankan. Selain diberi pengampunan, senjata dan kemampuan tempur masih utuh. Mereka hanya disanksi diasingkan ke Belarussia, sekutu dekat Russia lengkap dengan semua fasilitasnya. Hal inilah yang mendasari pemikiran pasti ada “hidden information, secret mission” yang sedang dilakukan oleh Rusia. 

Personal Putin 

Putin adalah mantan anggota dinas rahasia Uni Soviet (KGB) dari tahun 1975 sampai runtuhnya Uni Soviet tahun 1991. Sebagai anggota KGB Putin memiliki banyak pengalaman bidang intelijen dan spionase dan pernah ditugaskan di Dresden, Jerman Timur tahun 1985. Dengan latar belakang agen KGB, Putin pasti menyadari bagaimana cara kerja intelijen Ukraina yang didukung infrastruktur teknologi informasi AS dan NATO termasuk kemungkinan keterlibatan langsung dinas rahasia Amerika Serikat. 

Dalam hal ini Putin paham betul bagaimana memainkan peran kontra spionase yang cerdik dan lihai untuk mengatasi superioritas operasi intelijen lawan.

Kembali pada tulisan di awal artikel ini, bahwa pemindahan tentara Wagner ke Belarussia bisa jadi merupakan suatu bentuk kamuflase mobilisasi pasukan. Satuan tempur Wagner dengan jumlah pasukan 25.000 orang jumlah yang memadai untuk melakukan operasi militer terbatas, untuk merebut suatu kota tertentu. Dan seperti awal invasi Russia 24 Februari 2022 lalu, kontingen dari Belarussia ditugaskan untuk merebut Ibukota Ukraina, Kiev. 

Kabar bahwa tentara Wagner akan digantikan pasukan khusus Chechnya, Divisi Ahmad, bisa jadi kamuflase mobilisasi pasukan. Apalagi isu sebelumnya, penyerangan partisan anti Putin di Belgorod, perbatasan Russia dekat Kharkov, juga sudah dikerahkan pasukan Ahmad untuk mengatasinya. 

Pertanyaannya, apakah penyerangan di Belgorod betul-betul merupakan Partisan Anti Putin? Tidak dapat dipastikan. Tidak ada berita penangkapan. Tidak ada serangan berkelanjutan dari partisan untuk menunjukkan eksistensi mereka. Tidak ada sarana diplomasi dari partisan meminta dukungan NATO dan sekutunya. Tidak ada perhatian khusus dari Ukraina atau sekutu NATO atas aksi tersebut. 

Jika peristiwa Wagner dan Serangan Belgorod adalah operasi kontra spionasi Russia untuk mobilisasi Pasukan, apa tujuannya? 

Dengan mobilisasi diam-diam Wagner ke Belarussia dan pasukan Ahmad ke Belgorod, maka Russia dengan sangat hati-hati dan tersamar merencanakan serangan umum skala besar di semua Front. 

Di selatan (Khersom dan Zaporozhye), di timur (Oblast Donets dan Luhank), serta di utara ke Kharkov dan Kiev. Putin, sebagai eks agen KGB era Uni Soviet tentu paham bagaimana memainkan peran kontra spionase, karena Barat punya dukungan infrastruktur satelit dan radar yang lebih superior. 

Jika benar bahwa Rusia sedang mobilisasi pasukan, kapan serangan umum dilakukan? Serangan harus dilakukan pada momentum yang tepat. Momentum yang tepat adalah saat lawan dalam kondisi lemah. 

Serangan balik Ukraina yang lambat dan dapat ditangkis Russia, dengan kerugian personel dan peralatan militer yang besar (Tentara Rusia menghancurkan 21 pesawat Ukraina, 5 helikopter, lebih dari 1.200 tank dan kendaraan lapis baja lainnya, termasuk 17 Leopard – SindoNews,Com, 12 Juni 2023) berpotensi melemahkan kemampuan tempur Ukraina. 

Untuk itu, serangan Umum yang paling tepat adalah dilakukan sesegera mungkin, sebelum musim gugur tiba, antara bulan Agustus-September. Kapan persisnya? Hanya Putin yang tahu. Dan, kemungkinan dilakukan pada 1 Agustus 2023. 

Bagaimana Perang akan Berakhir? 

Perang dapat berakhir dengan beberapa faktor. Pertama, masing-masing pihak dengan sukarela berinisiatif melakukan perundingan damai. Ini sulit terwujud karena Ukraina mensyaratkan perdamaian hanya jika Russia meninggalkan wilayahnya sang saat ini diduduki Rusia. 

Kedua, dengan interfensi PBB seperti proposal yang disampaikan Prabowo 
Subianto pada orum International Institute for Strategic Studies (IISS) Shangri-La Dialogue di Singapura, Sabtu, 3 Juni 20233. Saya menggambarkan proposal tersebut sebagai sesuatu yang cerdas dan solutif dari seorang Jenderal Lapangan yang berpengalaman. Namun proposal ini sudah ditolah Ukraina sekalipun disambut baik Rusia. 

Ketiga, masing-masing pihak membuat kemajuan yang signifikan kemudian memaksa pihak lawan untuk menandatangani perjanjian. Dari sisi Ukraina, harus merebut kembali wilayah yang dikuasai Rusia. Dan dari sisi Rusia, dengan maju ke Barat sampai batas Sungai Dnieper yang membelah Ukraina termasuk menguasai kota strategis, Kharkov.

Dengan demikian, pihak NATO melihat posisi perang yang tidak menguntungkan, termasuk dampak ekonomi dari krisis energi yang kemudian memaksa Zelensky untuk menandatangai perjanjian perdamaian. 

 

*) Afif M Taftazani adalah dosen, pemerhati financial, valuasi, manajemen risiko 

**) Isi tulisan di atas menjadi tanggung jawab penulis

***) Ketentuan pengiriman naskah opini:

Naskah dikirim ke alamat email [email protected]. Berikan keterangan OPINI di kolom subjek

Panjang naskah maksimal 800 kata

Sertakan identitas diri, foto, dan nomor HP

Hak muat redaksi

Tombol Google News

Tags:

Afif M Taftazani Wagner Rusia