Perceraian tidak hanya tentang dua orang dewasa yang mengakhiri hubungan mereka, tetapi juga memiliki dampak yang mendalam pada anak-anak yang terlibat. Dalam banyak kasus, anak-anak ini hidup dalam bayang-bayang ketidakpastian, kebingungan, dan terkadang kesedihan yang disebabkan oleh proses perceraian orang tua mereka. Bagi mereka, cerai bukanlah sekadar perpisahan antara dua orang dewasa, tetapi juga perpisahan dari kenyamanan dan keamanan yang mereka kenal sepanjang hidup mereka.
Salah satu aspek paling menonjol dari pengalaman anak-anak dalam perceraian orang tua adalah ketidakpastian. Mereka mungkin tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, di mana mereka akan tinggal, siapakah yang akan mereka pilih nantinya atau bahkan apakah mereka akan terus melihat salah satu orang tua secara teratur. Ketidakpastian ini dapat menyebabkan kecemasan yang mendalam dan kehilangan rasa kendali atas kehidupan mereka.
Selain ketidakpastian, anak-anak juga sering merasa bersalah, terpisah, terasing, atau kehilangan kepercayaan pada orang tua mereka selama proses perceraian. Konflik antara orang tua dapat memaksa anak-anak untuk memilih sisi atau bahkan merasa bersalah karena mencintai kedua orang tua mereka. Ini adalah beban emosional yang berat untuk dibebankan pada anak-anak, yang sering kali belum cukup untuk memahami, memproses dan mengatasi konflik orang dewasa.
Tidak hanya itu, perceraian orang tua juga dapat memengaruhi keyakinan dan pandangan anak-anak tentang hubungan dan komitmen. Mereka mungkin juga akan tumbuh dengan skeptisisme yang mendalam terhadap pernikahan dan memiliki kesulitan dalam mempercayai bahwa hubungan romantis bisa bertahan, serta anak-anak akan mengalami kesulitan dalam membentuk dan mempertahankan hubungan dengan teman-teman mereka karena merasa canggung atau malu dengan situasi keluarga mereka. Ini bisa memengaruhi kualitas hubungan mereka di masa depan dan bahkan mempengaruhi pilihan hidup mereka.
Namun, di tengah semua ketidakpastian dan kesulitan, ada juga ruang untuk pertumbuhan dan kekuatan. Banyak anak-anak yang mengalami perceraian orang tua mereka menjadi orang dewasa yang tangguh dan empatik. Mereka belajar mengatasi kesulitan, mengembangkan toleransi, dan menjadi lebih peka terhadap kebutuhan emosional orang lain. Ini adalah hasil dari perjalanan yang sulit, tetapi juga membuktikan bahwa kekuatan bisa ditemukan di tengah-tengah kesulitan.
Sangat penting bagi kita semua untuk memberikan dukungan dan sumber daya yang memadai untuk anak-anak yang mengalami perceraian orang tua. Ini termasuk akses ke konseling dan dukungan emosional, serta pendidikan tentang bagaimana mendukung anak-anak melalui proses perceraian. Selain itu, orang tua harus mengutamakan kesejahteraan anak-anak mereka di atas segalanya, bahkan di tengah-tengah konflik dan ketidakpastian yang mungkin mereka hadapi.
Perceraian orang tua adalah proses yang rumit dan menyakitkan, tetapi dengan perhatian yang tepat dan dukungan yang memadai, anak-anak dapat mengatasi dampaknya dan bahkan tumbuh menjadi individu yang kuat dan berempati. Penting bagi kita semua untuk terlibat dalam menciptakan lingkungan yang mendukung bagi anak-anak yang menghadapi situasi ini, sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan sebaik mungkin dalam bayang-bayang perceraian orang tua.
*) Fatima Az-Zahra adalah mahasiswi Fakultas Kedokteran Hewan Unair Banyuwangi
**) Isi tulisan di atas menjadi tanggung jawab penulis
***) Karikatur by Rihad Humala/Ketik.co.id
****) Ketentuan pengiriman naskah opini:
- Naskah dikirim ke alamat email [email protected].
- Berikan keterangan OPINI di kolom subjek
- Panjang naskah maksimal 800 kata
- Sertakan identitas diri, foto, dan nomor HP
- Hak muat redaksi.(*)