Dalam perjalanan dari Bacan menuju Pelabuhan Jikotamo tak sengaja saya bertemu kawan-kawan senior asal tanah berjuluk Obi Mayor ini.
"Hidup seumpama berlayar dengan kapal, untuk menjaga keseimbangan, maka teruslah bergerak," kata saya dalam hati sebelum duduk bersilah, bercerita panjang tentang kehidupan dan masa depan manusia di Pulau yang banyak menghasilkan nikel ini bersama para senior.
Berangkat dari itu, seperti sketsa refleksi, saya menitip ajakan teruntuk saudara-saudara dan seluruh masyarakat Obi.
Gelombang laju kapal yang saya tumpangi memberi candu seakan mengajak pikiran disamakan dengan pikiran masyarakat Obi.
Saya meletakkan sidang BPUPKI (Badan Penyelidik Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang digelar untuk menggagas dasar negara Indonesia pada 29 Mei hingga 1 Juni 1945 sebagai pijak pikir bersama.
Kala itu, para founding father bangsa ini menyampaikan pidato masing-masing di depan sidang Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai (BPUPKI dalam bahasa Jepang). Begitu juga dengan Ir. Soekarno dengan pidato berapi-api tentang dasar negara indonesia.
Philosofische Grondslag sebagai filsafat pikiran yang sedalam-dalamnya. Hingga kemerdekaan yang kita nikmati sekarang ini terwujud dan dapat dinikmati. Lalu, apakah merdeka itu?
Merdeka bagi Ir. Soekarno ialah Political Independence, yang sedari jauh hari sebelum sidang BPUPKI digelar dia telah mempunyai pengertian serta definisi sendiri tentang bangsa Indonesia. Hal tersebut dapat kita lihat dalam kitab Ir. Soekarno (Mencapai Indonesia Merdeka), sebuah risalah maha karya yang ditulis tahun 1933.
Lewat sidang yang bersejarah itu, lahirlah dasar negara indonesia merdeka disebut sebagai Pancasila pada sidang hari ketiga oleh Ir. Soekarno tepatnya 1 juni 1945.
Tanggal itu kemudian ditetapkan dalam Piagam Jakarta (Jakarta Charter) pada 22 juni 1945. Ditetapkan juga Konstitusi Bangsa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 serta dasar negara Indonesia merdeka.
Di dalamnya meliputi: Kebangsaan Indonesia, internasionalisme atau pri-Kemanusiaan, mufakat atau demokrasi, kesejahteraan sosial, dan yang terakhir adalah prinsip menjunjung tinggi ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Lima prinsip dasar itulah kemudian telah disempurnakan menjadi: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Kini, dari 1 Juni 1945 hingga 1 juni 2024 adalah 79 tahun sudah bangsa ini menggantungkan harapanya pada Pancasila.
Rasai Obi
Maluku Utara dulunya terdepat beberapa kerajaan besar dan kecil. Sebut saja kerajaan Ternate, kerajaan Jailolo, kerajaan Tidore dan kerajaan Bacan sebagai kerajan-kerajan besar. Adapun kerajaan-kerajaan kecilnya sebaga Loloda, Moro dan Obi, menurut sejarawan Paramita Abdurachman (baca; nagarakartagama) Majapahit.
Obi adalah juga salah satu kerajaan kecil yang pernah ada pada sekitar abad ke-14 walaupun akhirnya dianeksasi dan menjadi bagian dari kekuasaan kerajaan bacan.
Terlepas dari apakah kehadiran kerajaan Obi sebagai mitos atau fakta, sebab tidak dapat diketahui secara pasti siapa pendirinya dan siapa yang menjadi penguasanya.
Hari ini sebuah fakta memberi petunjuk pada kita semua, sebagai warga masyarakat Obi bahwa pulau Obi yang merupakan bagian dari gugus kepulauan yang berada di provinsi Maluku Utara Kabupaten Halmahera Selatan.
Artinya Pulau Obi telah mempunya penghuni bernama masyarakat manusia semenjak abad ke-14 sampai saat ini. Realitas kehidupan harmonis yang sekian lama dibangun, dirawat, serta dijaga oleh para tetua leluhur kita, hingga munculnya generasi zaman kita saat ini.
Banyak sekali alasan yang melatarbelakangi dan mempengaruhi pendirian Rasai Obi. Di antara alasan itu adalah alasan historis yang sangat penting. Realitas kehidupan harmonis yang sudah lama terjalin di antara masyarakat Obi.
Rasai Obi adalah sebuah organisasi yang diprakarsasi dan diinisiasi oleh masyarakat Obi sendiri untuk dijadikan wadah yang bertujuan mengikat persaudaran sesama masyarakat Obi sekaligus instrumen penting tempat keluh kesah masyarakat Obi.
Saling Hubung Pancasila dan Rasai Obi
Setiap orang mempunyai metodologi masing-masing untuk mengukur, menganalisa, dan menghungkan suatu fenomena dengan fenomena yang lain. Saya sendiri menggunakan metodologi Marxis untuk menghubungkan Pancasila sebagai dasar negara dan Rasai Obi.
Yang dapat dipelajari dari marxis adalah menganggap bahwa materi senantiasa saling hubungan antara satu dengan yang lain, tentu materi yang dimaksud berdasarkan pengertian materi secara filsafat yang lebih universal dan komprehensif, bukan pada pengertian materi secara fisika atau ilmu alam saja, yang terbatas pada kebendaan.
Akan tetapi materi berdasarkan pengertian filsafat yakni segala sesuatu yang bisa diraba, dilihat, dicium, didengar, dirasakan kehadirannya, serta segala yang selalu berefleksi dalam pikiran manusia adalah juga disebut materi.
Rasai Obi adalah sebuah organisasi massa dan sekaligus organisasi politik yang bertujuan merangkul semua spektrum masyarakat Obi tanpa membeda-bedakan suku, ras, golongan keyakinan, tua, muda, kaya ataupun miskin. Semua punya hak yang sama sebagai masyarakat manusia pulau obi, atau merasa bagian dari masyarakat Obi.
Tak bisa kami pungkiri, bahwa Rasai Obi ketika dikukuhkan pada bulan Juni maka diapit oleh dua momentum besar. Pertama, Hari lahirnya Pancasila 1 Juni 1945 dan kedua, momentum pemilihan alias Pilkada pada November 2024.
Kita semua tentu punya pandangan yang sama tentang Pancasila, yang merupakan instrumen hukum sekaligus bintang arah berdiri negara Indonesia merdeka. Dan semestinya menjadi satu keharusan bahwa sari pati dari Pancasila inilah yang harus dijadikan asas dalam organisasi Rasai Obi.
Itu agar terhindar dari cara pandang chauvinisme yang merasa satu entitas tertentu jauh lebih tinggi derajatnya dan mulia dari pada entitas lainnya.
Di tengah polarisasi momentum Pilkada pada November 2024, kita sebagai bagian dari warga Obi tentu yang terintegrasi dalam rumah besar Rasai Obi diharap bisa saling menjaga eksistensi serta integritas sebagai komitmen bersama untuk menciptakan wajah baru Obi ke depan dari semua lini.
Obi untuk Pembangunan baru (New Developmentalism) berhubungan erat dengan sikap politik sebagai sebuah organisasi Rasai Obi. Kita disuguhkan dengan dua pertanyaan sekaligus.
Pertama, apakah organisasi akan mengambil sikap secara politik dan ikut terlibat langsung sebagai bentuk respon Pilkada 2024. Ataukah sebagai sebuah organisasi yang akan memilih diam dan fokus pada konsolidasi gerak moral.
Tentu, untuk menjawab pertanyaan tersebut kita harus bersandar pada putusan musyawarah mufakat yang akan digeluti secara bersama-sama berdasarkan diskusi panjang dan atas penilaian objektif dan terprogram secara organisatoris.
Untuk menjaga integritas serta komitmen bersama, agar tidak mudah terjebak dalam kungkungan kelompok populisme atau kekuatan politik identitas dalam polarisasi momentum pilkada 2024, maka jawaban satu-satunya adalah Pancasila untuk Rasai Obi. "Obi Basudara dan bersatu, lawan oligarki" (*)
*) Ali Murdi La Baji adalah mahasiswa Psikologi, semester 4 UIN Ar-Raniry Aceh
**) Isi tulisan di atas menjadi tanggung jawab penulis
***) Karikatur by Rihad Humala/Ketik.co.id
****) Ketentuan pengiriman naskah opini:
- Naskah dikirim ke alamat email [email protected].
- Berikan keterangan OPINI di kolom subjek
- Panjang naskah maksimal 800 kata
- Sertakan identitas diri, foto, dan nomor HP
- Hak muat redaksi.(*)