Dalam rekaman sejarah, pesantren hanya dianggap sebagai salah satu lembaga pendidikan agama tertua yang ada di Indonesia. Para santri dianjurkan untuk fokus mempelajari ilmu Al-Quran dan Hadits. Selain itu diajarkan pula kitab-kitab kuning yang dapat membekali mereka dalam mengembangkan ilmu keagamaan.
Pesantren mempunyai keterkaitan erat dalam hubungan sosio-politik, sosio-kultural, sosio-ekonomi, maupun sosio-religius. Dengan masyarakat utamanya di lingkungan pedesaan, pesantren mempunyai hubungan yang akrab, harmonis, saling terlibat dan memberikan sumbangsih dalam perjalanan spiritual masyarakat dan kemandiran ekonomi umat.
Konsep dasar peran pesantren inilah yang dibutuhkan masyarakat dalam pengembangan di sektor ekonomi. Jangka panjang pembangunan ekonomi dengan proses pemberdayaan dimaksudkan untuk menciptakan negara yang mampu material ekonomi mewujudkan stabilitas pembangunan spiritual, pembangunan stabilitas dan keamanan stabilitas.
Tujuan akhir yang ingin dicapai dalam pembangunan adalah baldatun thayyibatun wa rabb ghafur: sebuah negeri yang baik dan mendapat ampunan dari Allah SWT.
Atas dasar itu, pesantren harus mampu menjadi poros baru kemandiran ekonomi umat dan dapat memberikan dampak luas serta menjadi solusi sebagai pembangunan kemandiran ekonomi umat pada saat ini.
Ada beberapa potensi yang dimiliki pesantren dalam kemandirian ekonomi ummat, di antaranya:
Pertama: salah satu unsur dari pesantren adalah santri yang mempunyai potensi besar dalam menggalakkan ekonomi ummat karena jumlahnya yang sangat banyak.
Hal ini menjadi modal untuk mengembalikan kejayaan islam. Maka seharusnya santri juga ditanamkan jiwa entrepreneurship.
Dalam hal ini, harapannya dari pesantren akan melahirkan generasi-generasi muda yang cakap dalam membangun kemandiran ekonomi umat dan menjadi pemimpin-pemimpin bangsa yang akan mengelola Indonesia.
Kedua: pesantren sebagai poros baru kemandiran ekonomi umat, juga berperan dalam penyediaan lapangan pekerjaan dengan penyedian kios-kios untuk masyarakat bisa berdagang di pesantren tersebut.
Serta menjadi karyawan pada lembaga ekonomi pendidikan yang dikelola oleh pondok pesantren seperti pesantren di wilayah Malang yang memiliki 17 unit usaha untuk melayani masyarakat.
Hal ini juga sebagai salah satu sumbangsih dari pesantren dalam membangun negara “baldatun thayyibatun wa rabb ghafur”.
*) H Ma’ruf Mubarok atau Gus Mamak, tokoh muda yang menjadi entrepreneur
**) Isi tulisan di atas menjadi tanggung jawab penulis
***) Ketentuan pengiriman naskah opini:
1. Naskah dikirim ke alamat email [email protected]. Berikan keterangan OPINI di kolom subjek
2. Panjang naskah maksimal 800 kata
3. Sertakan identitas diri, foto, dan nomor HP
4. Hak muat redaksi