KETIK, SURABAYA – Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jakarta 2024 mencatatkan sejarah baru dengan kemenangan pasangan calon Pramono Anung dan Rano Karno.
Duet ini berhasil unggul dalam perhitungan quick count dengan persentase suara sebesar 54,2%, mengalahkan pesaing terdekat mereka.
Menanggapi kemenangan Pramono-Rano, pengamat politik dari Universitas Trunojoyo Madura Surokim Abdussalam menyebut kemenangan Pramono-Rano masih semu.
Ia menjelaskan, mayoritas hasil quick count lembaga survey baru mencapai 49 persen dan ada margin error. Sedangkan data real count kurang dari 50 persen sehingga akan ada putaran kedua.
"Sepertinya akan 2 putaran, dan putaran kedua kemungkinan kalah," jelasnya saat dihubungi Ketik.co.id pada Kamis 28 November 2024.
"Saya memprediksi akan 2 putaran karena hanya ada 2 lembaga survey yang angkanya di atas 50% itu pun tipis, sementara lembaga-lembaga yang lain di bawah 50%. Sementara masih ada margin error tadi," imbuhnya.
Surokim menyebut, adanya dua putaran di Pilkada DKI Jakarta ini sangat terpengaruh oleh kekuatan rezim. Selain itu nanti akan ada dukungan dari paslon yang kalah.
"Dukungan rezim penguasa tentu akan ikut menentukan beserta dinamika tarik ulur dukungan dari paslon yang kalah di putaran pertama," jelas dosen Ilmu Komunikasi ini.
Ia menambahkan, nantinya putaran kedua Pilkada DKI Jakarta akan berlangsung lebih sengit, karena gambaran pertarungan antara sejalan dengan pemerintah dan non pemerintah.
"Menurut saya putaran 2 akan berlangsung lebih sengit lagi dan menjadi perang puputan perang habis-habisan," jelas Warek UTM ini.
Kemenangan Pramono-Rano ini menurutnya adalah sesuatu yang tidak terprediksi dan mengejutkan.
Pramono-Rano bisa memenangi Pilgub DKI Jakarta ini, menurut Surokim karena faktor arus bawah yang cukup kuat.
"Arus bawah memang akan cukup kuat dukungannya, tetapi dalam konteks Pilkada sekarang itu saja tidak cukup, butuh penguatan dukungan rezim," jelas Surokim. (*)