Lucu, akhir-akhir ini banyak berita yang lebih hangat dari kopi yang diseduh dengan cinta. Makin ke sini makin ke sana. Awal kita kira lawan, ternyata jadi pasangan. Mulanya satu pemikiran, sekarang berseberangan. Dulunya tidak diperhitungkan, sekarang jadi teman makan, belum lagi yang pernah satu gerbong, tiba-tiba saling menggonggong. Benar-benar lucu dan menggemaskan.
Benar adanya jika ada yang bilang kopiku pahit, manisnya ada di janji para calon pemimpin bangsa. Ada juga yang berkelakar dengan pasangannya, wajahmu tak semanis retorika politisi. Belum lagi muncul fakta bahwa ternyata ada yang lebih ganas dari pada penyakit kencing manis yaitu penyakit hanya bisa bermulut manis. Ah, semua yang manis-manis tiba-tiba muncul tanpa diminta. Meskipun kita tahu bersama, rasa manis tidak selalu berakhir baik.
Beberapa hari belakangan masyarakat dibuat melongo dengan keputusan para elit politik. Dimulai dari berpasangannya Anies dengan Muhaimin, disusul Ganjar dengan Mahfud MD, dan diakhiri Prabowo dengan Gibran.
Dari beberapa keputusan ini, tidak sedikit yang menyayangkan. Entah itu alasan usia, basis masa sampai berbagai kepentingan yang ada di dalamnya. Beban berat terlihat hadir di kubu Prabowo untuk deklarasi di akhir waktu, mau tidak mau harus memberikan kejutan bagi lawan maupun penonton kontestasi politik.
Ada beberapa nama yang sebenarnya diramalkan untuk muncul ke permukaan. Sebut saja Erick Thohir, Khofifah, Ridwan Kamil bahkan Yusril. Namun ternyata Prabowo memantapkan gejolak hatinya kepada putra Jokowi, Gibran Rakabuming Raka.
Terlepas dari pinangan masing-masing, sebagai penonton, kalau boleh sedikit memilih, maka akan ada beberapa nama yang mungkin secara kasat mata lebih masuk akal jika dicalonkan. Seperti Khofifah.
Bukankah jika ia berpasangan dengan Ganjar maka akan secara otomatis mendulang elektoral terkhusus di daerah Jatim. Belum lagi beliau sebagai Ketua Umum Fatayat NU. Ditambah pula bisa memecah basis masa yang dimiliki oleh Cak Imin sebagai pasangan Anis, yang konon katanya, suara NU sampai sekarang masih belum bulat dilayangkan kepada pasangan Amin, hanya beberapa daerah saja. Jika ingin paket lengkap, bisa ditambahkan isu feminisme untuk bermain di poros kiri pemilih.
Mahfud MD. Munculnya nama ini dalam bursa pencalonan jelas akan mendulang suara masyarakat Madura. Ada yang bilang, sebagian besar masyarakat Madura itu tidak begitu peduli dengan pemilu, bahkan untuk datang ke TPS saja mereka ogah-ogahan meskipun sudah ada serangan fajar.
Tapi beda cerita ketika ada saudara sedarah mereka yang maju. Bermodal mantra ‘tretan dibhik’ (saudara sendiri dalam Bahasa Madura) mereka akan rela berangkat untuk menentukan sikap pilihannya meskipun harus terseok-seok merangkak ke tempat pemilihan.
Namun, di lain sisi, apakah Mahfud diikutsertakan ke dalam gerbong hanya sekedar untuk ‘mengamankan’ ketokohan Ganjar? Mengingat ada sederet kasus hukum di era sebelumnya yang sangat bisa mencuat untuk menjegalnya dari bursa pencalonan. Ataukah ini hanya sebatas politik balas budi kepada Mahfud karena pemilu sebelumnya sudah disiapkan kostum kebesaran putihnya namun tidak jadi lanjut ke jenjang yang lebih serius?
Di tengah tengah bursa calon yang panas, sempat terdengar nama Erick Thohir yang digadang menjadi pendamping Prabowo. Meskipun masih dalam kursi cadangan, tapi prosentase menjadi kejutan akan sangat mungkin terjadi. Ditambah beberapa tahun belakangan ini sudah melakukan personal branding bahkan sampai menggerakkan kaum muda BUMN.
Lalu, apa hubungannya dengan pengangkatan Erick Thohir sebagai Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, menggantikan Luhut Binsar Pandjaitan yang dikabarkan sedang sakit?
Bukannya dalam setiap situasi, Luhut hampir selalu tampil di muka, lalu kenapa di momen momen krusial seperti ini tidak ada? Tanpa menyoal sakitnya beliau, semoga segera dan selalu diberikan kesehatan.
Menyoal Prabowo? PR besar untuk tetap menjadi lawan kuat harus selalu dijaga. Namun, apakah cukup kuat dan percaya diri dengan relawan Projo yang sudah memproklamirkan poros dukungannya? Bagaimana kelanjutan kisah ‘keberpihakan’ MK yang turut andil memuluskan jalan menuju dinasti Jokowi?
Ketika Prabowo mendeklarasikan melenggang bersama Gibran, apakah ini tandanya Jokowi menabuh genderang perang secara langsung terhadap Megawati, dalam hal ini PDIP secara keseluruhan? Ditambah lagi tidak ada satupun dari dinasti Jokowi yang hadir pada saat deklarasi pencalonan dan pendaftaran pasangan Gofud.
Lalu strategi apa di balik Kaesang yang diangkat menjadi ketua PSI? Satu yang kita tau, tidak mungkin jabatan ini hanya untuk mengisi waktu luang saja.
Ada hal yang perlu digaris bawahi. Di balik sifat dan sikap Jokowi yang dianggap plonga-plongo, atau bahkan ada yang menganggap beliau ini adalah boneka, bahkan disebut sebagai petugas partai, bagaimanapun beliau tetap presiden.
Kita tidak pernah tahu sebanyak apa rahasia yang dipegang oleh Jokowi, pun sejauh mana Jokowi bisa bertindak untuk memberikan kejutan setelah ini. Terbukti dari reshuffle yang kabarnya sedang hangat hangatnya. Tinggal kita tunggu saja hasil pertemuan Jokowi dengan AHY baru-baru ini.
Pertanyaan menarik selanjutnya, kira-kira akan ada kasus besar apa yang akan mencuat setelah ini? Seperti yang sudah-sudah, bisa dipastikan akan ada borok lama yang dikopek untuk menyakiti salah satu kubu. Tanpa menutup mata, ada bahan seperti kasus Harun Masiku, nominal 349 T, pelanggaran HAM, politik identitas, dugaan korupsi formula E, bahkan aduan soal praktik nepotisme dan KKN. Minimal meskipun tidak sampai menggagalkan pencalonan, bisa menumpulkan keyakinan beberapa masyarakat untuk memilih pasangan pesakitan.
Kita tidak tahu apa yang dibicarakan di forum warung kopi istana. Apakah pasangan Amin hanya sebatas memecah basis suara Prabowo? Sehingga ketika masuk ke putaran ke dua, maka akan lebih menarik jalannya. Semakin terlihat mana kawan, mana lawan. Yang jelas dalam masa sekarang, sangat besar kemungkinan untuk menyembunyikan amarah di balik senyum manis para elit politik. Mungkin memang begitu, semakin menggelitik semakin asik. (*)
*) Oleh: Elgi Zulfakar Diniy, Pendidik di Tsurayya Islamic School Malang
**) Isi tulisan di atas menjadi tanggung jawab penulis
***) Karikatur by Rihad Humala/Ketik.co.id
****) Ketentuan pengiriman naskah opini:
• Naskah dikirim ke alamat email [email protected].
• Berikan keterangan OPINI di kolom subjek
• Panjang naskah maksimal 800 kata
• Sertakan identitas diri, foto, dan nomor HP
• Hak muat redaksi
Salah Pilih Pasangan, Siap-Siap Aib Terbongkar
Editor: Naufal Ardiansyah
26 Oktober 2023 03:14 26 Okt 2023 03:14