Konsep zakat dapat dimaknai tidak sebatas kewajiban memberikan sumbangan keuangan kepada mereka yang membutuhkan. Konsep zakat juga meluas ke ranah keilmuan. Setiap individu diimbau untuk berbagi pengetahuan dan keterampilan mereka dengan masyarakat untuk memperkuat intelektualitas dan kualitas kehidupan bersama. Zakat keilmuan bukan hanya sekadar amalan, tetapi juga sebuah panggilan untuk terus berkontribusi dalam peningkatan pengetahuan dan kecerdasan kolektif.
Zakat keilmuan merupakan cerminan prinsip dasar keagamaan tentang berbagi keberkahan dan manfaat ilmiah bagi masyarakat banyak. Modal dasarnya melibatkan penggunaan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki seseorang untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. Wujudnya dapat berupa terlibat dalam memberikan pelatihan, pengajaran, kepenulisan, berbagi pengalaman, dan menyebarkan pengetahuan yang berguna kepada sekitar.
Seorang guru atau pendidik adalah contoh yang jelas dari pelaksana zakat keilmuan. Mereka menghabiskan waktu dan energi mereka untuk berbagi pengetahuan dan keterampilan dengan generasi muda penerus. Dengan mengajar, mereka mendorong perkembangan intelektual dan sosial siswa mereka, membantu mereka menjadi warga yang lebih terampil, berpengetahuan, dan berwawasan. Guru menjadi teladan tentang bagaimana menjadi pribadi bermanfaat bagi pribadi lain.
Tidak hanya itu, para guru atau pendidik juga dapat memberikan pelatihan kepada rekan-rekan mereka, memperluas cakupan zakat keilmuan mereka. Melalui pertukaran ide, strategi pengajaran terbaik, dan inovasi dalam pendidikan, mereka berkontribusi pada peningkatan keseluruhan dalam sektor pendidikan. Wujudnya dapat berupa mentoring, coaching, training, serta terlibat aktif dalam forum-forum berbagi praktik baik. Menerapkan prinsip untuk selalu sharing and growing together.
Salah satu cara paling efektif untuk menunaikan zakat keilmuan memang dapat berupa kegiatan pengajaran. Pendidik, ilmuwan, dan praktisi keilmuan dapat memberikan kontribusi besar dengan mendidik generasi mendatang. Melalui seminar, lokakarya, dan kursus, kita dapat menggali ke dalam pengetahuan kita dan mentransfernya kepada orang lain. Walaupun proses pendidikan yang sebenarnya tidak sebatas transfer of knowledge.
Penting juga dipahami bahwa tidak semua pengajaran harus dilakukan di ruang kelas formal. Berbagi pengetahuan di komunitas lokal, mengadakan pelatihan di tempat kerja, atau bahkan memberikan kuliah umum dapat menjadi bentuk pengajaran yang bermakna. Dengan begitu, kita dapat memastikan pengetahuan kita bermanfaat secara langsung bagi masyarakat. Ki Hajar Dewantara menyebut konsep ini dengan istilah setiap orang adalah guru, dan banyak tempat bisa menjadi sumber belajar. Kearifan lokal masyarakat Minangkabau menyebutnya sebagai alam takambang jadi guru.
Para peneliti, ilmuwan, dan pemikir juga berperan penting dalam menunaikan zakat keilmuan. Mereka mendedikasikan hidup mereka untuk mengeksplorasi pengetahuan baru, menemukan solusi untuk tantangan kompleks, dan membagikan hasil penelitian mereka kepada masyarakat. Dengan melakukan ini, mereka tidak hanya memperluas batas-batas pengetahuan manusia, tetapi juga memberikan landasan bagi inovasi dan perkembangan di berbagai bidang. Sehingga yang mereka lakukan tidak sebatas karena suatu penelitian menarik namun suatu penelitian yang penting.
Kepenulisan dan publikasi ilmiah juga menjadi bentuk zakat keilmuan yang sangat efektif. Dengan membagikan hasil penelitian, temuan inovatif, atau bahkan pengalaman praktis, kita tidak hanya menyumbang terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, tetapi juga memperkaya masyarakat dengan wawasan baru. Artikel ilmiah, buku, atau kontribusi di media daring adalah sarana yang dapat digunakan untuk menunaikan zakat keilmuan. Mendorong budaya penulisan ilmiah dapat menjadi langkah konkret dalam meningkatkan literasi pengetahuan di masyarakat. Wujud implikasi dari konsep dakwah bil qolam.
Terlebih di era digital saat ini, keberadaan teknologi informasi dan komunikasi memainkan peran besar dalam menunaikan zakat keilmuan. Platform daring, seperti blog, podcast, atau media sosial, memberikan forum bagi individu untuk berbagi
pengetahuan mereka dengan audiens yang lebih luas. Ini membuka pintu bagi partisipasi yang lebih besar dalam menyebarkan informasi dan inspirasi. Salah satunya dengan menjadi influencer untuk konten-konten yang mendidik.
Tentu zakat keilmuan tidak terbatas bagi para profesional atau akademisi saja. Setiap individu memiliki sesuatu yang dapat mereka sumbangkan, baik itu keterampilan praktis, pengalaman hidup, atau pengetahuan yang mereka peroleh dari pendidikan formal atau informal. Bagi setiap orang, ada peluang untuk menunaikan zakat keilmuan sesuai dengan bakat, minat, dan kapasitas mereka.
Dalam masyarakat yang semakin kompleks dan berkembang, zakat keilmuan menjadi semakin penting. Dengan berbagi pengetahuan dan keterampilan, kita dapat membangun masyarakat yang lebih berpengetahuan, berdaya saing, dan berkelanjutan. Ini membuka pintu untuk pembelajaran sepanjang hayat dan pemberdayaan individu untuk mencapai potensi mereka sepenuhnya.
Zakat keilmuan mengajarkan kita bahwa pengetahuan adalah kekayaan yang harus dibagikan dengan orang lain. Ini adalah panggilan kepada setiap individu untuk berkontribusi pada peningkatan pengetahuan dan kecerdasan kolektif. Sebagai anggota masyarakat, kita memiliki tanggung jawab moral untuk menunaikan zakat keilmuan sesuai dengan kemampuan dan keahlian kita.
Mari jadikan zakat keilmuan sebagai bagian integral dari praktik kehidupan kita. Bersama kita akan mencapai kemajuan yang lebih besar dalam perjalanan menuju pengetahuan dan keberkahan bersama. Menunaikan zakat keilmuan juga akan membentuk budaya berbagi di masyarakat. Mendorong berbagi pengetahuan mereka secara sukarela dan memberikan apresiasi setimpal terhadap kontribusi ilmiah adalah penting menuju masyarakat berbudaya pengetahuan.
Ketika seseorang didukung dan dihargai atas usaha mereka dalam menunaikan zakat keilmuan, itu akan menjadi motivasi tambahan untuk terus berkontribusi. Penghargaan, pengakuan, dan dukungan dari masyarakat membantu menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pertukaran ilmu pengetahuan. Walaupun secara konstitusional mendidik adalah tanggung jawab negara, namun secara moral mendidik adalah kewajiban setiap yang terdidik.
*) Mohammad Hairul adalah Kepala SMPN 1 Curahdami, Bondowoso, Jawa Timur. Instruktur Nasional Literasi Baca-Tulis, dan Peraih Penghargaan Literacy Award dari Baznas dan Republika.
**) Isi tulisan di atas menjadi tanggung jawab penulis
***) Karikatur by Rihad Humala/Ketik.co.id
****) Ketentuan pengiriman naskah opini:
- Naskah dikirim ke alamat email [email protected].
- Berikan keterangan OPINI di kolom subjek
- Panjang naskah maksimal 800 kata
- Sertakan identitas
- diri, foto, dan nomor HP
- Hak muat redaksi.(*)