Kekuasaan adalah kepemimpinan, pemimpin adalah penguasa, tapi ini soal pengabdian.
Hiruk pikuk perjalanan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) sudah menginjak 64 tahun. Siapapun berhak berproses, mengabdikan diri di organisasi ini.
Rahasia umum mengetahui bahwa organisasi ini tidak sekadar besar secara usia, namun besar secara kuantitas bahkan kualitas. Tidak bisa dielakkan, bahwa sudah banyak orang-orang hebat lahir, karena mengayomi dan mengabdi.
PMII di Kota Malang sebagai episentrum pergerakan, sarana berproses, dan ruang pembentukan diri bagi siapapun yang mempercayainya. Orang lain boleh tidak percaya, tapi yang ber-PMII akan mengakuinya. Terlepas atas dalih dan untuk apa ditempa di ruang pergerakan itu, yang jelas ada Khidmah dan hikmah.
Detik-detik menuju transisi kepemimpinan PMII Kota Malang, tulisan ini sebagai wujud cinta dan kasih kepada rumah pergerakan itu.
Kepemimpinan menjadi dialektika paling tinggi di kalangan orang-orang berorganisasi sejak dahulu kala. Siapa yang mampu mendiktenya, bahwa pengakuan sebuah kepemimpinan pun diukur sebagai maju tidaknya organisasi yang dipimpinnya.
PMII Kota Malang berkolaborasi dengan 20 Komisariat dan banyaknya rayon di bawahnya. Maka membutuhkan pemimpin dengan gaya kepemimpinan paling ideal dan layak untuk singgah sebagai pengabdi.
James Maccroger Burns dalam bukunya Leadership mengutarakan bahwa kepemimpinan transformasional adalah konsep paling cerdik di antara konsep-konsep kepemimpinan lainnya.
Sedikit gambaran bahwa kepemimpinan ini adalah pembentukan moral bagi orang-orang yang dipimpinnya. Lagi-lagi siapapun bisa menjadi pemimpin, namun tidak semua dapat memimpin.
Burns selalu mengingatkan agar pemimpin itu mampu mentransformasikan nilai, norma, visi misi, dan perubahan. Menjadi bijak dan adil adalah slogan yang terus membumi. Pun, itu perlu diteguhkan pada pemimpin.
Kemudian, selalu teringat bahwa kepemimpinan tidak bisa lepas dari namanya kuasa. Kuasa cenderung keras untuk sebagian orang, katakan saja kepemimpinan agar lebih soft. Lagi-lagi pemimpin adalah orang yang dapat mempengaruhi pengikutnya, sedangkan penguasa adalah orang yang ingin mewujudkan tujuannya sendiri.
Namun ini organisasi yang selalu kita rawat dengan baik. Ngopi setiap hari hanya untuk membahas penguatan kaderisasi, pergerakan kaderisasi, dan nilai-nilai baik lainnya. Maka butuh pemimpin yang bisa menjaga, menentukan arah, dan membawa arus perubahan untuk Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia.
Sentuhan adil gender untuk membentuk iklim organisasi yang responsif gender, dalam nuansa Garis Besar Haluan Organisasi masih terlihat utuh untuk selalu diwujudkan dalam setiap elemen kader, apapun posisinya. Ini tidak berbicara bahwa hanya Ketua yang berhak adil gender, hanya KOPRI yang menguasai adil gender. Tapi terus mengingatkan adil gender di PMII adalah penting.
Ini pun sebagai pengingat kecil, meski seringkali dilupakan, bahwa pemimpin organisasi harus paham gender, mewujudkan adil gender, dan membangun iklim organisasi yang responsif gender.
Keterlibatan ini sungguh penting dalam organisasi yang kini tak lagi muda secara usia. Maka dengan cita dan harapan, bahwa orang-orang di dalamnya pun mampu mengaktuliasasikan nilai-nilai adil gender dalam tiap laku lampahnya berorganisasi. Kata tak sekadar kata, namun butuh bukti nyata.
Terakhir, transisi kepemimpinan ini selalu menjadi harap dan doa agar siapapun pemimpinnya, dan kepemimpinannya tetap garis tegak lurus di bawah khittah yang baik, membumikan nilai-nilai pergerakan ke garis terbawah struktur, dan benar-benar mencintai PMII dengan hati.
Tulisan ini tidak untuk mendukung siapapun, tapi berusaha merefleksikan hari lahir PMII dengan cinta dan kasih. (*)
*) Lina Alfiana, S.H., M.Kn adalah Ketua Kopri PC PMII KOTA Malang
**) Isi tulisan di atas menjadi tanggung jawab penulis
***) Karikatur by Rihad Humala/Ketik.co.id
****) Ketentuan pengiriman naskah opini:
- Naskah dikirim ke alamat email [email protected].
- Berikan keterangan OPINI di kolom subjek
- Panjang naskah maksimal 800 kata
- Sertakan identitas diri, foto, dan nomor HP
- Hak muat redaksi.(*)